Biografi Jendral D.I. Panjaitan – Kisah Pahlawan Revolusi

Posted on

Biografi Jendral D.I. Panjaitan – Kisah Pahlawan Revolusi

Jenderal DI Panjaitan – beliau mempunyai nama lengkap Mayor Jenderal TNI Anumerta Donald Isaac Panjaitan . beliau merupakan salah satu Pahlawan Revolusi yang juga merupakan korban dari PKI pada tahun 1965.

 

Biodata DI Panjaitan

Nama Lengkap :Donald Isaac Panjaitan
Dikenal :D.I. Panjaitan
Agama :Islam
Tempat , Tanggal Lahir :Balige, Tapanuli , Selasa 9 Juni 1925
Warga Negara :Indonesia
Pendidikan :
  • SD, SMP dan SMA di Indonesia
  • Associated Command and General Staff College, Amerika Serikat
Karir :
  • Komandan Batalyon di TKR
  • Komandan Pendidikan Divisi IX/Banteng di Bukittinggi tahun 1948
  • Kepala Staff Umum IV ( Supplay ) Komandemen Tentara Sumatra
  • Pimpinan Perbekalan Perjuangan Pemerintah Darurat Republik Indonesia ( PDRI )
  • Kepala Staf Operasi Tentara dan Teritorium ( T&T ) I Bukit Barisan di Medan
  • Kepala Staf T&T II/Sriwijaya di Palembang
Penghargaan :Pahlawan Revolusi Indonesia

 

Biografi Jenderal D.I. Panjaitan

Donald Isaac Panjaitan lahir di Balige, Tapanuli , pada 9 Juni 1925 , pendidikan formal beliau di awali dari Sekolah Dasar , kemudian masuk ke Sekolah Menengah Pertama dan terakhir Sekolah Menengah Atas. Ketika D.I. Panjaitan menamatkan Sekolah Menengah Atas, Indonesia sedang berada dalam pendudukan Jepang . sehingga ketika beliau masuk menjadi seorang anggota militer beliau harus mengikuti latihan Gyugun . Selesai latihan , beliau di tugaskan sebagai anggota Gyugun di Pekanbaru , Riau sampai Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya .

Setelah Indonesia mendapatkan kemerdekaannya , D.I. Panjaitan bersama para pemuda lainnya membentuk Tentara Keamanan Rakyat ( TKR ) yang kemudian menjadi cikal bakal TNI.  Di TKR beliau pertama kali di tugaskan sebagai seorang komandan batalyon, beliau kemudian menjadi Komandan Pendidikan Divisi IX/Banteng di Bukittinggi pada tahun 1948. Seterusnya menjadi Kepala Staf Umum IV ( Supplay ) Komandemen Tentara Sumatera . Pada saat Pasukan Belanda melakukan Agresi Militer yang ke II , Beliau di angkat menjadi Pimpinan Perbekalan Perjuangan Pemerintah Darurat Republik Indonesia ( PDRI ).

Seiring dengan berakhirnya Agresi Militer Belanda ke II , Indonesia pun memperoleh pengakuan kedaulatan. Panjaitan sendiri kemudian di angkat menjadi Kepala Staf Operasi Tentara dan Teritorium ( T&T ) I Bukit Barisan di Medan. Selanjutnya beliau di pindahkan lagi ke Palembang menjadi Kepala Staf T&T  II/Sriwijaya.

Setelah mengikuti kursus Militer Atase ( Milat ) 1956 , beliau di tugaskan sebagai Atase Militer RI di Bonn, Jerman Barat. Saat masa tugas beliau telah berakhir  sebagai Atase Militer , beliau pun akhirnya pulang ke Indonesia. Akan tetapi tidak lama setelah itu yaitu pada tahun 1962, perwira yang pernah menimba ilmu pada Associated Command and General Staff College , Amerika Serikat ini di tunjuk menjadi Asisten IV Menteri/Panglima Angkatan Darat ( Men/Pangad ) dan jabatan tersebutlah yang menjadi jabatan terakhir yang di embannya saat Peristiwa G 30S/PKI.

Ketika D.I. Panjaitan menjabat sebagai Asisten IV Men/Pangad, beliau mencatat prestasi  tersendiri atas keberhasilan beliau dalam membongkar rahasia pengiriman senjata dari Republik Rakyat Cina ( RRC ) untuk PKI. Disitu diketahui bahwa senjata-senjata tersebut di masukkan ke dalam peti – peti yang berisi bahan bangunan yang akan di pakai untuk pembangunan gedung Conefo ( Conference of the New Emerging Forces ) , senjata-senjata itu di perlakukan PKI yang sedang giatnya dalam mengadakan persiapan melancarkan pemberontakan.

Pada jam-jam awal 1 Oktober 1965 , sekelompok anggota Gerakan 30 September meninggalkan Lubang Buaya menuju Pinggiran kota Jakarta. Mereka memaksa masuk pagar rumah D.I Panjaitan di Jalan Hasanudin, Kebayoran Baru , Jakarta Selatan, lalu menembakan dan menewaskan salah seorang pelayan yang sedang tidur di lantai dasar rumah dua lantai dan menyerukan Panjaitan agar turun ke bawah. Dua orang pemuda yaitu Albert Naiborhu dan Viktor Naiborhu terluka berat saat melakukan perlawanan saat D.I. Panjaitan di culik, tidak lama kemudian Albert meninggal. Setelah para penyerang mengancam keluarganya , Panjaitan untuk turun.

Beliau kemudian mencoba melarikan diri dan di tembak mati, kemudian masuknya di masukkan ke dalam truk dan di bawa kembali ke markas gerakan 30 September di Lubang Buaya. Tubuh orang-orang dari rekan-rekannya dibunuh dan tersembunyi di sebuah sumur tua, Mayatnya di temukan pada tanggal 4 Oktober , dan semua kemudian di berikan pemakaman kenegaraan pada hari berikutnya. Kemudian D.I. Panjaitan mendapatkan promosi  Anumerta kepada Jenderal Mayor dan diberi gelar Pahlawan Revolusi.

Baca Juga :