Biografi Martha Christina Tiahahu – Tokoh Pahlawan Wanita Pemberani Dari Tanah Maluku
Martha Christina Tiahahu – Pahlawan wanita pemberani ini berasal dari Maluku di Nusa Laut, beliau merupakan salah satu pahlawan nasional yang terkenal dengan perlawanannya dalam melawan penjajah kolonialisme Belanda . Beliau merupakan pahlawan wanita yang paling muda di antara banyaknya pahlawan lainnya.
Profil Dan Biografi Martha Christina Tiahahu
Martha Christina Tiahahu di lahirkan pada tanggal 4 Januari 1800 di Abubu Nusalaut , Maluku . beliau merupakan anak pertama dari Kapitan Paulus Tiahahu yang merupakan salah seorang tokoh yang membantu perjuangan Kapitan Pattimura ketika Perang Pattimura meletus , ibunya diketahui sudah meninggal sejak ia masih kecil.
Riwayat Masa Kecil Martha Christina Taihahu
Sejak kecil , Martah Christina Tiahahu di kenal sangat pemberani serta mempunyai kemauan yang keras. Beliau juga selalu mengikuti ayahnya kemanapun ayahnya pergi bahkan ketika ayahnya melakukan pertemuan untuk merencanakan perang.
Pada tahun 1817, pada waktu yang sama ketika Kapitan Pattimura melakukan perlawanan terhadap Belanda di Pulau Saparua , Maluku. Pertempuran melawan Belanda pada saat itu meluas dari Saparua hingga ke Pulau Nusalaut.
Perjuangan Melawan Kolonial Belanda
Di usianya yang masih sangat muda , Martha mempunyai keberanian yang tinggi . dalam buku biografi Martha Christina Tiahahu yang di tukis oleh L. J. H. Zacharias pada tahun 1981, di sebutkan bahwa Martha sudah tiga kali meminta izin kepada ayahnya untuk ikut berperang namun keinginannya tersebut selalu di tolak .
Akan tetapi larangan tersebut tidak pernah beliau hiraukan , Martha tetap mempunyai keinginan yang kuat untuk bertempur . Beliau tetap ikut bertempur melawan Belanda di Saparua membantu Kapitan Pattimura, perlawanan tersebut termasuk pertempuran yang besar yang pernah terjadi di Indonesia yaitu perang Pattimura.
Pada saat itu benteng Beverwijk berhasil di duduki oleh Belanda tanpa perlawanan sebab Guru Soselissa salah seorang penduduk menyatakan menyerah atas nama rakyat . Di daerah Ouw dan Ulath , serta Saparua , Martha bertempur bersama rakyat beserta para raja dan para Kapitan . Di saat peperangan , beliau menolong membawa senjata dan membantu orang yang terluka , saat bertempur Martha selalu memegang tombak.
Akan tetapi karena pada saat itu persediaan amunisi yang kurang membuat rakyat mundur ke pegunungan . pertempuran pun berlanjut .
Pada 11 Oktober 1817, 100 orang pasukan Belanda yang di pimpin oleh Richemont dan Meyer menggempur daerah Ulath, ketika itu Martha bersama rakyat bertempur sengit mempertahankan daerah mereka. Dalam peperangan tersebut seorang perwira Belanda yang bernama Richemont tertembak mati oleh peluru rakyat .
Kemudian pasukan Belanda yang di pimpin oleh Meyer terkepung di tanjakan Ouw, mereka bertahan dari serangan rakyat dari segala penjuru. Pertempuran semakin sengit saat Meyer terkena peluru di leher. Meyer kemudian di evakuasi ke kapal Eversten dan komando pasukan Belanda di ambil oleh Vermeulen Kringer.
Pada tanggal 12 Oktober 1817 , Vermeulen Kringer memerintahkan untuk melakukan serangan umum di daerah Ouw dan Ulath . rakyat yang ketika itu mulai kehabisan amunisi kemudian melempari pasukan Belanda dengan batu.
Pasukan Belanda kala itu mengetahui bahwa pasukan rakyat sudah mulai kehabisan amunisi dan senjata , mengetahui hal tersebut Pasukan Belanda kemudian maju dengan senjata yang lengkap dengan sangkur yang terhunus. Dalam waktu singkat , daerah Ouw dan Ulath rata dengan tanah , rakyat yang melakukan perlawanan akhirnya mundur dan bertahan di gunung.
Tertangkap Oleh Belanda
Perlawanan kemudian berakhir dengan di tangkapnya beberapa pimpinan pertempuran termasuk Martha Christina Tiahahu dan ayahnya Kapitan Paulus Tiahahu. Mereka kemudian di bawa ke kapal Eversten bersama dengan para tahanan yang lainnya, dalam kapal tersebut juga terdapat Kapitan Pattimura yang tertangkap.
Beberapa tahanan kemudian di introgasi dan di jatuhi hukuman mati atas perlawanan mereka termasuk ayah Martha Christina , namun terkecuali Martha sebab ia masih sangat muda . Martha hanya di bawa ke Jawa untuk menjalani tanam paksa .
Hukuman mati ayahnya dilaksanakan pada 7 November 1817 , namun saat eksekusi mati Martha Christina tidak di izinkan untuk melihatnya. Ayahnya di bunuh dengan puluhan peluru dari serdadu Belanda , bahkan tubuhnya juga di tusuk dengan Kelewang.
Pahlawan Wanita Termuda Yang Mati di Laut Banda
Martha yang ketika itu akan di asingkan ke Jawa dan bekerja di perkebunan kopi. Beliau di tempatkan di sebuah ruangan kosong dan juga gelap. Karena kematian ayahnya membuat Martha depresi dan seperti kehilangan akal.
Ketika sakit Martha bahkan tidak mau menerima obat apapun . Martha pun tidak mau makan , hal tersebut membuat tubuhnya semakin melemas , semangat hidupnya sudah hilang begitu saja , hanya tersisa rasa putus asa karena kematian ayahnya.
Di usianya yang masih 17 tahun , seharusnya Martha tidak menjadi tahanan Belanda , akan tetapi menjadi tahanan orang tuanya yang siap di nikahkan , pada tahun 1818 tubuh Martha semakin lemah.
Martha Christina Tiahahu Wafat
Pada tanggal 2 Januari 1818 dini hari, Martha Christina Tiahahu menghembuskan nafas terakhirnya , Martah wafat di antara perairan pulau buru dan pulau manippa. Jasadnya kemudian di larung ke laut dengan penghormatan militer , sekarang tubuhnya bersemayam di Laut Banda.
Di masanya Martha termasuk seorang wanita yang berpengaruh , tidak hanya membawa senjata dalam melawan kolonial namun Martha juga memprovokasi wanita lain untuk berjuang melawan Kolonial Belanda . bahkan aparat Belanda kewalahan melawan kegilaanya , setelah ayahnya meninggal , Martha sempat mencoba untuk melanjutkan perjuangan ayahnya, namun sayangnya sebelum sampai di Pulau Jawa , Martha sudah meninggal dunia dan mayatnya di larung di laut Banda.
Sungguh menginspirasi bukan kisah pahlawan wanita Martha Christina Tiahahu ini, semangat perjuangan dalam melawan penjajah serta keberaniannya dalam membela tanah air sangat patut di contoh, demikian artikel kali ini semoga bermanfaat.
Baca Juga :